Rabu, 14 November 2012

Resensi Novel Cinta Pertama

Judul Buku  : Cinta Pertama
Penulis         : Ivan Turgenev
Penerbit       : Pustaka Jaya
Penerjemah  : Rusman Sutiasumarga
Tebal Buku  : 173 Halaman
ISBN           : 9789794193549





Cinta pertama itu abadi, walau tak selalu berlanjut ke jenjang pernikahan namun kenangannya tak pernah terhapus dalam ingatan kita yang pendek ini. Umumnya tiap orang selalu mengenang bagaimana pertama kali ia jatuh cinta, dari mulai cinta pertama yang konyol, yang mengharu biru, hingga cinta pertama yang abadi. Apapun dan bagaimanapun akhir dari kisah cinta pertama biasanya selalu menarik untuk dikenang baik sekedar untuk disimpan dalam hati, dicurhatkan kepada teman, ditulis di blog-blog pribadi, atau tak jarang menjadi sumber inspirasi para penulis-penulis novel roman.
Ivan Tugenev (1818-1883), salah satu penulis besar dalam sejarah kesusasteraan Rusia tak mau ketinggalan untuk menuliskan roman tentang kisah cinta pertama. Namun ini bukan kisah cinta pertamanya, melainkan cinta pertama tokoh khayalannya, Vladimir Petrovitsy. Novel ini atau lebih tepatnya disebut novelette ini diawali dengan adegan dalam sebuah pesta dimana Vladimir berserta kawan-kawannya duduk bersama untuk saling menceritakan kisah cinta pertama mereka.

Dari narasi Vladimir Pertovitsy inilah mengalir bagaimana dirinya mengalami cinta pertamanya disaat usianya baru 16 tahun. Dikisahkan Vladimir jatuh cinta pada tetangganya, Zinaida Zasyekina yang telah berusia 21 tahun. Zinaida ini tinggal bersama ibunya yang sudah tua, puteri Zaskeyina . Meskipun memiliki garis keturunan bangsawan, puteri Zasyekina dan anak gadisnya itu hidup dalam kemiskinan dan tinggal si sebelah rumah Valdimir.

Karena kecantikannya, hampir setiap hari Zinaida dikelilingi oleh para pria-pria yang berkumpul di rumahnya, mereka terdiri berbagai profesi, ada dokter, tentara, penyair, dll. Vladimir yang saat itu merupakan pria termuda juga tak ketinggalan untuk ikut ambil bagian dalam setiap pertemuan itu. Zinaida menggunakan kesempatan itu untuk bermain dan berolok-olok bersama para pria yang memujanya. Walaupun kadang permainan yang digagas oleh Zianida itu melecehkan mereka, para pria itu tetap setia mengikutinya sambil berharap mendapat cinta dari sang puteri.

Seperti halnya para pria itu Vladimirpun memuja dan mencintai Zinaida. Lambat laun Zianida mengetahui gelagat Vladimir yang diam-diam mencintainya. Walau Zianida sadar bahwa dirinya lebih tua dari Vladimir namun Zianida mennyambut cinta Vladimir dengan memberi peluang-peluang pada Vladimir untuk berada di dekatnya hingga akhirnya ia mengangkat Vladimir sebagai pengawal pribadinya.

Namun cinta Vladimir tak semulus harapannya, kedekatannya dengan pujaan hatinya selaku pengawal pribadinya malah membawanya pada kenyataan bahwa cinta pertamanya itu harus berujung pada kenyataan pahit yang membuat dirinya serasa tersambar petir di siang bolong!, kenyataan yang sama sekali tak pernah terpikirkan sedikitpun

Bagi saya pribadi, novel roman klasik ini tak terlalu istimewa, kisahnya datar-datar saja, walau ada kejadian mengagetkan bagi tokoh utamanya namun sepertinya penulis tak melanjutkannya dengan menguras habis konflik batin apa yang dihadapi Vladimir ketika harus berhadapan dengan kenyataan yang menyakitkannya. Padahal di awal-awal kisah penulis mahir menggambarkan bagaimana bingung dan salah tingkahnya Vladimir muda menghadapi kegalauannya karena mencintai Zianida.

Komentar yang berada di cover belakang novel ini yang mengatakan bahwa Cinta Pertama adalah novel yang indah, kisah cinta yang dilukiskan dengan sangat peka dan mengharukan, sekali sama sekali tidak saya rasakan saat saya membaca novel ini. Apakah ini karena terjemahannya sehingga keindahan dan keharuannya tidak saya rasakan? Karena saya belum membaca novel dalam bahasa aslinya atau dalam bahasa Inggrisnya maka saya tidak bisa menilai bahwa terjemahannya kurang tepat.

Dua orang kawan yang sudah membaca buku ini mengatakan terjemahannya kaku, bagi saya sendiri saya masih bisa menikmati terjemahannya hanya saja ada beberapa frasa kata yang sepertinya sudah jarang dipakai sehingga agak janggal membacanya, saya menduga karena novel yang dicetak tahun 2009 (cetakan IV) ini sang editor tidak melakukan penyesuaian terhadap terjemahan Rusman Sutiasumarga yang menerjemahkan buku ini di tahun 1972 dari bahasa Belanda.

Terlepas dari tak bisanya saya rasakan keindahan dan keharuan dari novel ini seperti yang ditulis di cover belakang novel ini saya rasa karya ini tetap bermanfaat untuk memberikan sebuah gambaran bagaimana potret kehidupan sosial masyarakat Rusia di abad ke 19 dan bagaimana ungkapan perasaan cinta itu ternyata tak berubah walau abad sudah berganti dan masyarakat sudah sedemikian modernnya. Apapun namanya ungkapan verbal saat seseorang dalam keadaan galau karena cinta di abad 19 ternyata masih sama seperti di abad ini. Novel ini cukup lengkap. Di belakang covernya ada biografi tentang penulisnya, dihalaman belakang buku juga ada beberapa novel yang di terbitkan oleh Pustaka Jaya. Tapi disini tidak di jelaskan tentang biografi si penerjemah. Hanya dituliskan namanya saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar